SELIMBAU (Sekapur Sirih)

Kamis, 07 Maret 2013

Sebuah nama besar Maharaja Khatib Sri Kusuma Gusti Muhammad Ali  identik dengan  sejarah penyebaran Islam di Kapuas hulu, di bawah naungan bendera kerajaan Selimbau Darussalam pada abad ke 18 masehi, namun tidak banyak pakar sejarah yang mangetahui atau bahkan sama sekali tidak mengetahui tentang misteri yang menyelimuti sejarah orang besar yang satu ini.
Ia terlahir dengan nama Gusti Muhammad Ali pada abad ke 18 masehi zaman pemerintahan Sri Paduka yang maha mulia yang dipertuan agung Panembahan Haji Gusti Muhammad Abbas Suryanegara (raja Selimbau ke 23). Maharaja Khatib Sri Kusuma adalah seorang menteri agama kerajaan Selimbau yang pernah mengajar ilmu-ilmu islam di daerah Buwak Limbang  dan sepanjang wilayah Pengkadan kini.
Ia terlahir sebagai anak yang cerdas dalam gemblengan orang tuanya yang juga taat dalam pendidikan agama islam, ia telah mampu menamatkan bacaan Al-Qur'an pada usianya menginjak lima tahun.
Pada masa remajanya telah cukup ilmu agamanya menyangkut fiqih dan tassawuf dan ia juga pernah bermukim di negeri Mekkah Al-Muqarramah sembari menulis buku yang berjudul Darrussamin.
Kitab itu masih tersimpan di Selimbau berupa tulisan tangan asli Maharaja Khatib Sri Kusuma. Kitab ini juga merupakan tolok ukur penelitian tentang kemajuan islam kapuas hulu pada masa lampau.
Selain kitab Darussamin, Maharaja Khatib Sri Kusuma juga meninggalkan karangan syair kejadian negeri Selimbau dari zaman islam dan hindu dan berdasarkan syair yang di buat beliau pada muharram 1303 hijriyah tersebut diketahui bahwa islam di kapuas hulu disiarkan di bawah panji-panji kerajaan Selimbau Darussalam, namun  beberapa tulisan yang  ditemui saat ini masih simpang siur tentang sejarah penyebaran islam kapuas hulu.
Museum Leiden Belanda juga mempunyai andil yang penting dalam menelusuri jejak sejarah kapuas hulu dengan melacak dokumen-dokumen kerajaan yang tersimpan di museum itu. Adalah Donald Tick seorang berkebangsaan Belanda yang banyak menyimpan sejarah kerajaan  nusantara termasuk sejarah kerajaan Selimbau atau Kapuas Hulu.
Sebuah cerita dari seorang  nenek turunan maharaja Khatib sri Kusuma berbunyi; “ dan ketika Maharaja Khatib Sri Kusuma pergi ke Buwak Limbang, beliau dijemput oleh murid-muridnya dengan sebuah tandu kebesaran agar kaki beliau tidak menginjak tanah, sehingga sampai di sebuah surau untuk mereka belajar agama  maka kaki Maharaja Khatib Sri Kusuma tidak terkena tanah atau debu.”
Sebenarnya Buwak Limbang direncanakan juga sebagai bagian pemerintahan kerajaan Selimbau pada masa masa selanjutnya, namun keadaan politik Belanda dan Jepang  membuat pupus rencana tersebut, ada banyak bangsawan Selimbau mengambil istri di daerah Buwak Limbang, misalnya pangeran haji muda Indra Sri Negara mempunyai istri bernama Hajjah Rahmah.
Maharaja Hatib Sri Kusuma lahir Pada zaman pemerintahan Panembahan Haji Gusti Muhammad Abbas Suryanegara dan ia Dewasa serta menjadi menteri agama kerajaan Selimbau pada masa pemerintahan Panembahan Haji Muda Agong Paku Negara Selimbau.  Hubungan yang dekat antara Buwak Limbang dengan kerajaan Selimbau juga di buktikan dengan dimakamkannya seorang Putri bernama Putri Masturi di Buwak Limbang.
Kehidupan Maharaja Khatib Sri Kusuma banyak dihabiskan dalam urusan agama islam dan penyebarannya di sepanjang pedalaman embau, mawan, pengkadan, boyan dan kalis manday.
Begitulah yang tercantum dalam manuscrift kuno yang masih tersimpan asli di negeri Selimbau kini.


Sumber : Abang Walidad 

3 komentar:

keladi goreng mengatakan...

sejarah kampong kau keh..??

Unknown mengatakan...

iya sjrh kmpung ku,,

Zae mengatakan...

Tulisan sejarah yang patut untuk diapresiasi. Terimakasih Yang Nulis Abang Walidad

Posting Komentar